IAIN Kediri Newsroom – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri melalui Prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kediri menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Kantor PWI Kediri, Jalan Mayor Bismo Nomor 37A Kediri, Selasa, (22/6). FGD mengusung tema Sinergitas Akademisi dan Praktisi, Dalam Membangun Pengelolaan Bisnis Media di tengah Pergeseran Teknologi Komunikasi.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri, Moh Asror Yusuf mengatakan kegiatan FGD yang dilaksanakan merupakan bagian dari upaya perguruan tinggi untuk mendekatkan diri dengan tantangan dunia industri media yang berkembang sangat pesat. Misalnya mengenai fenomena pergeseran konsumsi informasi masyarakat dari media konvensional ke media sosial.
“Harapannya, para dosen dan mahasiswa dapat berkolaborasi bersama praktisi media untuk mengkaji tantangan kehadiran media sosial ini. Bukan saja merumuskan formulasi tatanan keseimbangan baru pasca kehadiran media sosial namun juga memprediksi tren konsumsi media ke depan juga harus mulai didiskusikan secara serius,” kata Asror saat memberi sambutan.
Ketua PWI Kediri, Bambang Iswahyoedhi menyambut baik niat kolaborasi IAIN Kediri. Pihaknya berharap kajian mengenai industri media tidak hanya berhenti pada acara FGD namun ada agenda lanjutan sehingga nantinya menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang komprehensif. “Tentu ini menjadi langkah awal yang baik. Kami di PWI Kediri senang sekali mendapatkan partner diskusi dari kalangan akademisi,” ujarnya.
Dewan Pembina PWI Kediri, Didik Mashudi menjelaskan perguruan tinggi harus bisa menangkap peluang dari tantangan industri media yang mengarah pada media sosial. Hal tersebut harus direspon dengan langkah cepat dan berani. Misalnya IAIN Kediri mendirikan Program Studi Media Sosial.
“Memang perwujudan sebuah Prodi bukan hal yang mudah. Namun, kita perlu mencoba hal ini karena ke depan, generasi muda membutuhkan bekal yang cukup untuk menghadapi perkembangan zaman dan teknologi informasi. Sebab, kita tahu saat ini media sosial sangat mudah diakses dan memunculkan banyak informasi, sedangkan media mainstream membutuhkan banyak waktu dan tahapan editing untuk memproduksi berbagai berita sebelum disuguhkan kepada publik,” terang Didik yang juga Jurnalis Tribunnews.com dan Harian Surya.
Dosen KPI IAIN Kediri, Prilani menambahkan pendirian Program Studi Media Sosial membutuhkan kajian dan pertimbangan yang matang. Namun menurutnya, hal tersebut bukanlah hal yang tidak mungkin karena bagian dari merespon tantangan zaman.
“Sebagai ilustrasi, dulu pernah ada pembentukan Prodi Event Organizer (EO). Namun ini sempat terkendala oleh Nomenklatur, jadi tidak mudah bisa terwujud. Padahal, kami sudah menyiapkan serangkaian Mata Kuliah tentang EO, misalnya Manajemen EO. Tapi ini belum kuat, untuk merealisasikan Prodi EO ini,”jelasnya.
CEO Andika FM, Rofik Huda memaparkan persaingan media massa, terutama radio sangatl ketat. Namun, pihaknya meyakini bahwa media radio masih akan diminati oleh publik sampai kapanpun. Salah satu strateginya adalah mengoptimalkan peran Citizen Journalism atau jurnalisme warga.
“Kami pilih Citizen Journalism karena dulu saat awal berdiri, tidak punya banyak wartawan. Namun sekarang dengan perkembangan media sosial yang cukup massif, kami sempat kewalahan dalam menampung banyak informasi yang diberikan publik. Alhamdulillah dari 100 persen informasi yang masuk, sekitar 99 persen bukan berita hoaks. Ini kenapa, karena unsur trust yang sudah diberikan oleh pendengar kepada Andika FM,” ujarnya.
Narasumber lain yang dihadirkan dalam FGD ini di antaranya Mega Wulandari (founder Koran Memo), Danu Sukendro (Ketua AJI Kediri) dan Prima Ayu Ruzky Mahanani (Dosen KPI IAIN Kediri). Kegiatan juga ini diikuti perwakilan mahasiswa dari DEMA KPI IAIN Kediri, BEM Universitas Pawyatan Daha Kediri, BEM Universitas Brawijaya (UB) Kediri, BEM Universitas Nusantara PGRI Kediri, dan BEM Universitas Kadiri (Unik), BEM Universitas Islam Kadiri (Uniska).
Penulis : Lukman Hakim