Perguruan Tinggi, Budaya Akademik, dan Kewarasan Intelektual (Catatan atas Diskusi Bulanan Dosen)

Oleh: Dr. Fuad Faizi, MA.

(Dosen Studi Agama FUDA IAIN Kediri)

Buku Peter Fleming “Dark Academia: How Universities Die” yang diterbitkan pada tahun 2021 mengungkap realitas “pahit” dari sistem akademik pendidikan tinggi modern. Menurutnya, kondisi pendidikan tinggi yang ada saat ini berada di ambang “kematian”. Dia melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pertumbuhan perguruan tinggi dan universitas, yang seharusnya menjadi garis pertahanan terakhir yang melindungi “kewarasan intelektual” masyarakat dari pengaruh neo-liberalisme dan infiltrasi modal. Seiring berjalannya waktu, pendidikan tinggi modern telah berubah, menjadi lebih digerakkan oleh pasar dan korporasi, yang mengakibatkan hilangnya keingintahuan intelektual, kebebasan akademis, dan pemikiran kritis.

Salah satu temuan utama dalam buku itu adalah pengaruh ideologi neo-liberal yang meluas di perguruan tinggi modern, yang telah menyebabkan fokus pada perolehan keuntungan, efisiensi, dan kompetisi. Fleming berpendapat bahwa hal ini telah mengakibatkan “komodifikasi” pendidikan, di mana mahasiswa dipandang hanya sebagai konsumen, dan pengetahuan hanya dipandang sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan.

Kesimpulan utama dari buku itu adalah bahwa filosofi neo-liberal telah merasuk ke dalam perguruan tinggi modern dan menghasilkan penekanan pada efisiensi, daya saing, dan perolehan keuntungan dengan mengorbankan prinsip-prinsip akademis. “Komodifikasi” pendidikan itu, menurut Fleming, telah menghasilkan pandangan bahwa pengetahuan hanya sebagai komoditas yang diperdagangkan dan mahasiswa hanya dipandang sebagai konsumen saja.

Sebagai upaya untuk merespon dampak-dampak negatif yang sedang menimpa dunia perguruan tinggi di atas, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUDA) Institut Agama Islam (IAIN) Kediri berusaha untuk menciptakan sebuah ruang atau platform untuk menjaga kewarasan intelektual civitas akademik-nya. FUDA secara rutin berupaya mengadakan “Diskusi Bulanan Dosen” yang terbuka untuk semua civitas akademik (mulai dari mahasiswa, staff, dan dosen) di lingkungan IAIN Kediri.

Sebagaimana dikemukakan oleh para penggagasnya, tujuan dari diskusi bulanan ini adalah untuk melestarikan dan memajukan budaya akademik IAIN Kediri. Desain diskusi ini agaknya akan diarahkan untuk mendukung pertumbuhan kemampuan berpikir analitis dan kritis serta meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang perkembangan isu-isu terkini. Diskusi bulanan ini juga diharapkan dapat berfungsi sebagai saluran untuk berbagi dan menyebarluaskan temuan penelitian, ide, dan perspektif baru.

Secara umum, menurut saya keterlibatan dalam diskusi akademis akan mendorong pemikiran kritis dan keterampilan analitis. Hal ini mendorong para akademisi untuk menganalisis pandangan yang berlawanan, menantang asumsi, dan mengembangkan argumen yang beralasan. Paparan terhadap berbagai perspektif dan pengetahuan baru dalam platform debat akademis ini akan mendorong perkembangan intelektual dan keingintahuan. Hal ini akan mendorong pemikiran kritis di perguruan tinggi dan membantu membangun atmosfer akademis yang dinamis.

Selain itu, saya berharap forum diskusi bulanan ini akan mendorong keterpaparan terhadap teori-teori yang mungkin dianggap baru, menantang, dan kritis bagi para audien-nya. Dorongan teoretis (theoretical impulses) seperti ini dapat muncul dari berbagai sumber, termasuk temuan penelitian yang muncul, perubahan sosial, kemajuan teknologi, pergeseran filosofis, atau kritik terhadap teori-teori yang ada. Interaksi interdisipliner di antara para peserta juga dapat berdampak pada mereka, karena konsep dan pendekatan dari berbagai bidang yang berbeda berkumpul untuk memberikan sudut pandang teoretis yang segar.

Akhirnya, forum diskusi bulanan ini kita harapkan nantinya akan menjadi sumber bagi kemunculan gerakan sosial, politik, atau budaya yang akan menantang norma-norma yang sudah mapan dan mendorong para ilmuwan untuk mengevaluasi kembali kerangka kerja teoretis yang ada sebagai respons terhadap dinamika dan relitas sosial yang terus berubah. Dan, inilah alasan kenapa forum, platform, atau ruang diskusi kritis yang digelar oleh FUDA-IAIN Kediri ini mejadi krusial sebagai “nafas terakhir” untuk menjaga kewarasan akademis dari realitas perkembangan perguruan tinggi di Indonesia yang kelihatannya juga semakin berorientasi pada pasar dan keuntungan materiil saja. Sebuah harapan yang patut untuk terus menerus kita gaungkan.

Penulis: Dr. Fuad Faizi, MA. (Dosen Studi Agama FUDA IAIN Kediri)